Jumat, 30 September 2011

Memori Terbangun

Pagi yang begitu dingin mampu membuatku menggigil.Terpaan angin mampu menembus sweter dan syal hijau yang ku kenakan.Pohon jati yang tadinya terdiam mampu sedikit tergoda untuk bergoyang merefleksikan diri menngugurkan potongan-potongan daunnya.Mentari yang tadinya malu menampakkan rupa, kini telah tersenyum padaku.Itu cukup membantu mengusir rasa menggigilku.
“Cherry”, teriak seorang wanita mengenakan daster ungu yang kusut. Seperti biasa, ia selalu membiarkan rambutnya terurai bebas.Benar dia adalah wanita yang telah menghadirkanku ke dunia ini.Sosok wanita tegar, sabar, dan penyayang yang tak pernah ada keraguan dalam hatinya.Wanita yang akrab di sapa Ny. Joe.
Aku adalah Cherry, putri tunggal keluarga besar Danish. Ayahku bernama Joe. Walaupun aku sering menyapanya dengan cletukan ‘om Joe’. Supaya lebih akrab.Sedangkan bundaku bernama Messy. Tak hanya pada papa, mama juga ku beri panggilan spesial ‘tante Messy’.
Awal perjalanan cinta mereka dimulai dari bangku SMP hingga SMA. Awalnya mereka hanya teman biasa lalu berlanjut menjadi teman dekat.Hingga akhirnya menjadi sahabat. Mama atau tante Messy sering dijadikan curahan hati papa atau om Joe. Apabila papa sedang bermasalah dengan kekasinhnya. Tak jarang papa melarikan diri ke mama.Berharap mendapat solusi tepat. Mama memang ahli dalam hal ini.
Entah keajaiban apa yang membuat mereka bersatu. Mereka mulai merajut kasih. Hingga naik ke pelaminan dan akhirnya mendapatkan buah cinta mereka. Sungguh kisah cinta yang romantis, hangat, dan jenaka.
Mama yang selama ini setia mendampingiku. Entah, sudah menjadi berapa keping hidupku tanpa mama. Aku tak mampu mengimajinasikannya. Mama cerminan seorang wanita yang selama ini selalu menjadi sayap bagiku,selalu mengiringi, dan membuatku melesat jauh.Dia menemaniku di saat-saat yang sulit bagiku.Saat-saat yang membuatku jatuh hingga aku tak menemukan lagi uluran tangan yang mampu menarikku bangun.Saat-saat kakiku tak mampu lagi menopang diriku.Saat-saat mataku ingin terpejam dan tak berharap bangun lagi.Hatiku teriris perih, sakit, merongrong meminta obat.Namun tak ku temukan penawarnya.
“Sayang, ayo masuk.Di luar dingin sekali.Nanti kamu bisa masuk angin”, suara yang terdengar lembut di gendang telingaku.Suara yang mampu menjadi pelipur laraku.”aku datang ma!”, sahutku dengan lantang.Dengan tergopoh-gopoh mama menyiapkan beberapa coklat panas dan sepotong roti dengan sebelah sisi terlihat gosong akibat masuk panggangan.
Aku lari dan menghampirinya.Sebelum duduk aku ingin memberinya sebuah kecupan di lesung pipinya.Pertanda bahwa aku telah kembali ke duniaku, kembali setelah terperosok dari jurang yang curam, kembali mampu mengangkat nafas yang sempat terhenti dan tak jarang juga terengah-engah.
“sayang, setelah selesai sarapan nanti kamu hendak kemana?”, tanya mama dengan nada sedang.”tidak kemana-mana”,sahutku.Walaupun terdengar kurang jelas karena hampir sebagian besar rongga mulutku terisi roti panggang.”ini kan hari Minggu, apa kamu yakin tidak ingin membantu paman Muffin berkebun atau ke rumah bibi Paw untuk melihat koleksi satwanya atau mengunjungi kak Rosaline untu berlatih balet, berenang mungkin atau ...”, kata-kata mama terhenti mendengar mulutku terbuka.”atau pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku-buku sejarah”,jawabku sok tahu.”sayang...”, sapa mama.”mama jangan terlalu mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja.mama tak perlu menawarkan kegiatan untuk mengisi waktuku.”sayaang...”sapa mama kembali sembari tersenyum manis.”Kejadian satu bulan lalu tak akan menimpaku lagi kalau-kalau aku tak melakukan tawaran mama.aku hanya ingin membuktikan kalau aku Cherry putri mama telah kembali sebagai anak gadis mama”, jawabku tertawa geli.”mama, berikan aku kepercayaan ya...”ucapku kembali.Mama hanya mengedipkan mata lalu pergi sambil mencium keningku.
Setelah perutku terasa kenyang, ku rapikan meja makan dan segera dudu di atas sofa. Aku ingin memilah-milih channel yang cocok untuk menemaniku di hari Minggu.Setelah ku pencet-pencet remotenya, tak ku temukan acara tv yang ku mau.Aku bosan.Lalu aku putuskan untuk menaiki satu per satu anak tangga menuju kamarku.
Di kamar, aku juga tak menemukan hal asyik yang bisa ku kerjakan.Tapi aku melihat sebuah benda berdiri tegap yang siap ku urai isinya.Lemari pribadiku.Mendengar namanya saja pasti isinya barang-barang khusus milikku yang sengaja ku simpan.Tanpa pikir panjang ku obrak-abrik saja.Mungkin bisa sedikit menyegarkan ingatanku.
“Kreeeek...krek...krek”Ketika ku buka pintunya terdengar suara yang menandakan bahwa lemari ini benar-benar sudah kuno.Terang saja, papa membelikannya ketika usiaku lima tahun.Kalau ingin dihitung sudah dua belas tahun lemari ini menemani keluarga kami.
Aku terkejut.Ternyata kostum princess yang pernah ku kenakan saat drama di bangku SD ternyata masih tergantung di sana.Belum lagi boneka Barbie yang dibelikan papa lengkap dengan lemari pakaian dan meja riasnya masih tertata apik di sana.Dan yang paling membuatku geli ketika aku melihat fotoku masih bayi menangis sambil memakan tomat.
Nostalgia yang tak terduga.Namun, kali ini aku melihat benda yang tak asing bagiku. Mengingatkanku tentang peristiwa satu bulan yang lalu.Mengingatkanku kembali untuk membuka rekaman memori pahit dalam hidupku.
Benda mungil yang kini mampu mengalirkan tetesan air mata di pipiku.Mampu membuatku terisak-isak.Mampu menghentikan nafasku sejenak.Mampu menghentikan peredaran darahku sesaat.Mampu membuat mataku terpejam dan berharap aku takkan sanggup membukanya. Benda itu adalah buku harianku.Diary dengan cover berwarna pink yang dihias dengan balutan pita keemasan.
Ku buka lembar demi lembar.Goresan tinta hitam masih terlihat jelas di sana. Berbagai gambar ilustrasi merekat erat di sana. Kisah-kisah yang unik, asyik, serta menggelitik lengkap terangkum di sana. Namun aku terhenti di sebuah halaman.Aku terdiam tak mengucap sepatah kata pun.Tapi air mata ini semakin deras dan tak terkendali.Aku tak melihat sebatang hurufpun terangkai di sana.
Namun hatiku semakin tak karuan.Bukan ukiran huruf latin yang ku lihat.Tapi, sebuah foto laki-laki yang sebaya denganku.Background foto itu tak asing bagiku.Itu adalah kediaman paman Muffin.Adik papa yang mempunyai kebun mawar berhektar-hektar.Kejadian ini mengingatkanku pada kenangan yang telah terkubur di dasar kalbuku.Aku tak ingin menggalinya lagi.Biarkan di teruruk di dalamnya.Biarkan dia hilang terbawa angin topan yang datangnya bersamaan dengan hujan badai.Biarkan dia hancur tak berbentuk karena gempa akibat vulkanik. Lalu, ia tersiram larva panas.
Tapi nasi telah menjadi bubur.Kenangan itu telah terbangun.Kini ia telah bangkit.Kini ia mulai memenuhi isi kepalaku.Memaksaku kembali untuk merasakan rasa sakit yang tak berujung.Aku lemah tak berdaya.Aku tak sanggup melawan batinku.Ini mengalir begitu saja.Aku tak sanggup menahannya.Otakku membuka paksa ingatan ini. Mau atau tak mau aku harus mengoreknya kembali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar